Soal Indeks Kota Toleran 2021 Versi Setara, Ketua FKUB Sumbar: Tidak Bisa Jadi Rujukan

    Soal Indeks Kota Toleran 2021 Versi Setara, Ketua FKUB Sumbar: Tidak Bisa Jadi Rujukan

    SUMBAR, – Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumatra Barat (Sumbar), Duski Samad mengatakan, Indeks Kota Toleran (IKT) 2021 yang dirilis Setara Institute tidak bisa menjadi alat ukur untuk menentukan tingkat toleransi daerah-daerah di Indonesia.

    Hal tersebut menanggapi adanya tiga kota di Sumbar, yakni Pariaman, Padang Panjang, dan Padang, yang masuk ke dalam daftar sepuluh kota dengan skor IKT terendah di Indonesia pada 2021. Daftar tersebut dimuat dalam Laporan IKT 2021.

    “Menurut saya, itu tidak bisa dijadikan ukuran, tidak bisa itu direspon sebagai sebuah realitas. Sebagai sebuah survei, biar saja itu. Survei itu kan tergantung siapa respondennya. Saya tidak pernah diminta jadi responden itu. Saya bergerak di kerukunan umat beragama, ” ujarnya saat dihubungi via telepon, Jumat (1/4/2022).

    “Artinya, itu sebagai survei, kan hanya sebuah prosedur ilmiah yang tingkat kebenaran jauh rendahnya dibandingkan yang lain. Survei itu kan sangat di permukaan sekali. Sederhananya jangan pegang survei. Apalagi survei kehidupan beragama, ” imbuhnya.

    Duski menyampaikan, IKT tersebut tidak bisa dijadikan ukuran tingkat toleransi kota di Indonesia karena sangat sulit mengukur perasaan seseorang terhadap keberagaman yang dipengaruhi oleh kondisi sosial di sekitarnya.

    “Bagaimana mensurvei perasaan seseorang. Perasaan seseorang itu sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial di sekitarnya. Seseorang yang belum berpengalaman dengan kehidupan plural dipaksakan masuk ke dalam kehidupan plural, kan tidak mungkin, ” sebutnya.

    Jadi, terang dia, IKT 2021 tersebut tidak bisa dijadikan rujukan, baik dalam akademik maupun untuk mengambil kebijakan.

    Duski menyampaikan, kerukunan umat beragama di Sumbar selama ini terbilang bagus. Dia pun menegaskan, kerukunan umat beragama di tiga kota di Sumbar yang masuk IKT terendah 2021 versi Setara Institute tersebut, juga “nyaman-nyaman saja”.

    “Coba Anda buktikan mana daerah kita yang heboh, ” ucapnya.

    Dia pun tidak yakin dengan tuduhan intoleran terhadap Sumbar. Buktinya, di Sumbar, atau di Padang khususnya, banyak gereja.

    “Definisi toleransi itu menghargai, menerima, mengakui. Kalau di Sumbar, sejak ada republik ini, orang Sumbar sesungguhnya yang paling menghargai keberagaman itu, ” ungkapnya. (**)

    Afrizal

    Afrizal

    Artikel Sebelumnya

    Gubernur Sumbar Wisuda 90 Tahfidz SMAN 1...

    Artikel Berikutnya

    BNI Kantor Cabang Bukittinggi Serahkan CSR...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hidayat Kampai: Nepo Baby, Privilege yang Jadi Tumpuan Kebijakan Publik?
    Pemerintah Indonesia Berhasil Menaikkan Pajak dan Menurunkan Subsidi, Menteri Keuangan Terbaiknya di Mana?
    Pemko Payakumbuh Gelar Sosialisasi dan Advokasi Kurikulum Kesehatan pada Satuan Pendidikan
    Bimbingan Teknis Penyuluhan dan Pemberdayaan Petani di Lampung, Tingkatkan Pemahaman Digital dan Pendanaan Usaha

    Ikuti Kami